REPUBLIKA.CO.ID, COLORADO - Pemanasan global terus memanen akibat. Laporan terbaru mengatakan bahwa Arktik suhu dalam enam tahun terakhir telah berada di level tertinggi sejak pengukuran dimulai pada tahun 1880, dan terus meningkat. Es di Greenland dan sisanya di Arktik mencair jauh lebih cepat daripada yang sebelumnya diproyeksikan dan dapat menaikkan permukaan laut global setinggi 1,6 meter pada tahun 2100, kata sebuah studi baru.
Bahkan dalam musim panas 40 tahun mendatang, lembaga ini meramal, Kutub Utara bakal bebas es.
Penelitian dirilis pada Selasa oleh Arctic Monitoring and Assessment Program (AMAP) mengatakan ada "kebutuhan mendesak yang lebih besar" dalam memerangi pemanasan global sebagai catatan suhu telah menyebabkan laju peningkatan mencairnya es di kutub itu.
Laporan AMAP mengatakan kenaikan kadar air langsung akan tak hanya mengancam dataran rendah pesisir seperti Florida dan Bangladesh, tetapi juga akan berdampak pada pulau-pulau dan kota-kota mulai dari London hingga Shanghai. Laporan itu mengatakan juga akan meningkatkan biaya pembangunan kembali hambatan tsunami di Jepang.
"Enam tahun terakhir (sampai 2010) telah periode terhangat yang pernah tercatat di Arktik," kata laporan itu.
Apa yang disebut "mekanisme umpan balik" terus berkembang. Salah satu mekanisme tersebut melibatkan laut menyerap panas lebih sebagai akibat dari tidak tertutup oleh es. Efek ini telah diprediksi oleh para ilmuwan sebelumnya.
Hal ini diproyeksikan dengan musim gugur dan dingin di wilayah itu dengan suhu rata-rata naik sekitar 2,8-6,1 derajat Celsius pada tahun 2080, bahkan jika emisi gas rumah kaca lebih rendah daripada dekade lalu.
"Perubahan yang diamati pada es laut di Samudra Arktik, di massa lapisan es Greenland dan es di Kutub Utara dan gletser selama 10 tahun terakhir yang dramatis dan merupakan suatu keberangkatan jelas dari pola jangka panjang," demikian siaran pers itu.
"Perubahan yang muncul di Kutub Utara sangat kuat, bahkan dramatis," kata Mark Serreze, direktur US National Snow dan Ice Data Center di Boulder, Colorado.
Bahkan dalam musim panas 40 tahun mendatang, lembaga ini meramal, Kutub Utara bakal bebas es.
Penelitian dirilis pada Selasa oleh Arctic Monitoring and Assessment Program (AMAP) mengatakan ada "kebutuhan mendesak yang lebih besar" dalam memerangi pemanasan global sebagai catatan suhu telah menyebabkan laju peningkatan mencairnya es di kutub itu.
Laporan AMAP mengatakan kenaikan kadar air langsung akan tak hanya mengancam dataran rendah pesisir seperti Florida dan Bangladesh, tetapi juga akan berdampak pada pulau-pulau dan kota-kota mulai dari London hingga Shanghai. Laporan itu mengatakan juga akan meningkatkan biaya pembangunan kembali hambatan tsunami di Jepang.
"Enam tahun terakhir (sampai 2010) telah periode terhangat yang pernah tercatat di Arktik," kata laporan itu.
Apa yang disebut "mekanisme umpan balik" terus berkembang. Salah satu mekanisme tersebut melibatkan laut menyerap panas lebih sebagai akibat dari tidak tertutup oleh es. Efek ini telah diprediksi oleh para ilmuwan sebelumnya.
Hal ini diproyeksikan dengan musim gugur dan dingin di wilayah itu dengan suhu rata-rata naik sekitar 2,8-6,1 derajat Celsius pada tahun 2080, bahkan jika emisi gas rumah kaca lebih rendah daripada dekade lalu.
"Perubahan yang diamati pada es laut di Samudra Arktik, di massa lapisan es Greenland dan es di Kutub Utara dan gletser selama 10 tahun terakhir yang dramatis dan merupakan suatu keberangkatan jelas dari pola jangka panjang," demikian siaran pers itu.
"Perubahan yang muncul di Kutub Utara sangat kuat, bahkan dramatis," kata Mark Serreze, direktur US National Snow dan Ice Data Center di Boulder, Colorado.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar